Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Waktu Untuk Menunggumu 3

“Assalamua’alaikum nin, gimana kabarnya?” Pesan singkat itu yang dari tadi aku tatap dari layar ponselku. Aku bukan bingung mau menjawab apa, tapi karena masih sangat terkejut dengan perasaan campur aduk antara haru dan bahagia. Seseorang yang selama ini telah lama menghilang dan tak ada kabar ternyata tiba-tiba hadir di saat banyak hal terjadi dalam hidupku. Seakan memberikan jawaban atas kebimbanganku selama ini. Setelah sampai di kamar dan ku rebahkan diriku, akhirnya ku jawab pesan singkat itu. Tanganku bergetar saat ku tulis huruf demi huruf dalam ponselku. “wa’alaikumsalam wr wb, alhamdulillah baik, ini mas Satrio ya?” “iya nin, masa kamu lupa sama aku hehe” “iya mas, cuma memastikan saja kalo foto profil wa nya emang beneran mas Satrio siapa tahu salah orang karena cumi” “apa itu cumi” “Cuma mirip hehe” “hahaha ya kan mas ga punya kembaran nin dari lahir” “hehe iya si mas, gimana kabar mas Satrio? Sekarang sibuk apa? Lama banget ga ada kabar” “alhmadulillah

Waktu untuk Menunggumu 2

malam itu aku merenungi perkataan mba Sarah. mba Sarah benar, tidak ada salahnya aku mengenal orang baru. asal dia baik, aku yakin entah berakhir pada pernikahan atau tidak, dia akan menerima dengan baik pula. Rani juga bukan orang yang tidak aku kenal dengan baik, pasti dia tidak akan asal-asalan mengenalkan kakaknya kepada orang lain. Meski dalam hatiku masih tetap tidak bisa lepas dari mas Satrio, tapi dia tidak pernah ada tanda-tanda akan hadir kembali dalam kehidupanku. akhirnya ku putuskan untuk menjawab "ya" pada Rani untuk bertemu dengan kakaknya. untuk waktunya kami belum membahasnya lagi. Pagi itu, hari minggu, aku dan teman-teman pondok bersama pak yai pergi ke makam mbah Yai Nur Iman Mlangi untuk berziarah. Ziarah merupakan salah satu kegiatan rutin di pondok yang aku tempati saat ini. Ya, selama aku tinggal di Yogyakarta aku selalu tinggal di Pondok Pesantren, karena orang tua terutama ayahku tidak akan pernah ridha jika anaknya tidak tinggal di Pondok. oleh seb

Waktu untuk Menunggumu

"mba, kamu tahu temenku yang namanya Rani kan?" "oh ya waktu itu kamu bilang mau jodohin kamu sama saudaranya itu ya?" "iya mba, tadi pagi dia WA lagi ngajak ketemuan" "terus kamu gimana?" "aku masih bingung mba, bahkan ini uda ketiga kalinya dia minta kita ketemuan sama saudaranya itu" "la kenapa ga kamu coba aja, kita ga tau lo nin kalo jodoh yang terbaik itu datang dari mana dan siapa? siapa tahu emang sudah waktunya kamu buat ketemu jodohmu sekarang" "tapi aku masih ga yakin mba" "gara-gara cinta pertamamu itu? ya ampun nin, kamu itu ya bisa-bisanya masih percaya aja sama keajaiban, kamu mau menunggu sampai kapan? sampai kamu jadi nenek-nenek padahal dia sudah bahagia dengan pasangannya? toh dia juga belum tentu sekarang belum ada pasangan, emang kamu tahu kabarnya gimana? dia dimana sekarang? terus dia sudah menikah apa belum?kalaupun belum menikah, apa kamu yakin dia masih "single"