Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Waktu untuk Menunggumu 16

Hari itu adalah hari yang paling menegangkan seumur hidupku. bagaimana tidak? aku harus berhadapan langsung dengan orang yang selama ini hanya ku pandang dari kejauhan. iya, hari itu aku  harus bertemu mas Satrio langsung untuk menyerahkan surat ijin dari  Farah. setelah latihan di depan cermin semalaman, bodohnya ku tetap tidak bisa tidak nervous, aku gugup setengah mati hanya untuk mungkin semenit berhadapan dengannya. belum lagi semalaman aku tidak bisa  tidur membayangkan momen hari ini. ah jatuh cinta memang luar biasa. tapi mau tak mau aku harus beranikan diri untuk menyerahkan amanah dari temanku. akhirnya aku nekad pergi saat jam istirahat pertama. saking gugupnya dan tidak bisa berpikir apapun, aku tidak tahu kenapa aku tidak meminta salah satu temanku untuk menemaniku saat itu. aku nekad seorang diri menuju ke kelas mas Satrio. sepanjang perjalanan aku tak bisa menyembunyikan ekspresi gugupku, bahkan tanganku yang memegang surat serasa bergetar sendiri tanpa mau berhenti. se

Waktu Untuk Menunggumu 15

Sejak saat itu  untuk pertama kali aku merasakan apa yang kata orang-orang disebut jatuh cinta. Tapi aku bersyukur teman-temanku tidak ada yang menyadari itu, karena waktu itu aku sangat pemalu dan pendiam diantara teman-teman yang lain. setiap pagi,setiap aku sampai di sekolah yang selalu aku perhatikan di parkiran adalah apakah sepeda motornya sudah ada di tempat? kalo sudah ada berarti dia sudah berangkat dan aku merasa lega dan senang, karena kalo dia berangkat otomatis meskipun hanya sebentar aku akan melihatnya dari kejauhan. tapi kalo belum ada aku merasa ada yang kurang dan ingin aku tunggu dia di parkiran sampai datang. atau terkadang saat aku sampai di parkiran dia juga sedang memarkirkan motor atau baru saja sampai. nah momen inilah yang paling menyenangkan karena pasti hariku akan sangat menyenangkan rasanya jika pagi-pagi sudah melihatnya. maka dari itu aku pasti melihat jam tanganku saat kami tiba dalam waktu bersamaan agar hari-hari selanjutnya aku bisa menyesuaikan diri

Waktu untuk Menunggumu 14

Mas Satrio bagiku adalah cinta pertama, laki-laki pertama yang berhasil membuatku percaya diri bahwa akan ada orang baik yang bisa mendampingiku suatu saat nanti. Awalnya aku tidak menyangka bisa jatuh hati sama dia. Dia adalah seniorku di SMA. awal bertemu sebenarnya aku masih belum tertarik padanya, bahkan saat para Junior dikerjain senior untuk membuat surat cinta untuk senior favorite mereka, surat cintaku tak ku tujukan padanya. tapi pada seseorang yang ternyata tetangga desa ku yang selalu ku temui saat aku bersepeda seorang diri ke sekolah. aku mulai memperhatikannya justru saat mas Satrio mengisi di  kelasku. hari itu kami yang telah membuat surat cinta diminta untuk mengumpulkan surat cinta itu lalu beberapa yang terpilih akan dibacakan di depan kelas. waktu itu otakku langsung ingin memberontak "wah gila ini para senior, sengaja mempermalukan kami ternyata", untungnya surat cintaku tidak dibaca. ya mana ada mereka tertarik membacakannya, kami sudah dimarah-marahi

Waktu Menunggumu 13

beberapa hari setelah itu, Abah tidak pernah bertanya lagi, bahkan beliau cenderung lebih  pendiam dan membahas yang ringan-ringan saja. mungkin Ummi sudah cerita bagaimana keadaanku atau mungkin Abah tahu bahwa anaknya belum siap untuk membahas masalah ini. Tapi aku justru khawatir karena pasti Abah akan ditanyakan lagi oleh temannya itu, dan aku takut hanya karena keegoisanku hubungan Abah dengan temannya jadi tidak baik. Ah... Tuhan kenapa masalah seperti ini malah seperti sangat membuat bimbang dan memusingkan. Hari ini adalah hari terakhir liburku di rumah. besok aku harus kembali lagi ke Jogja, kembali dengan segala rutinitas kampus dan pondok. kadang aku bosan banget di rumah dengan hanya kegiatan-kegiatan itu-itu aja, tapi saat sudah mau berangkat ke perantauan lagi aku pasti merasa sedih dan ogah-ogahan, kaya pengen di rumah terus. aneh memang. kaya pas males kuliah karena banyak tugas tapi kalo libur terus juga lama-lama bosan ingin kuliah lagi. Hmm manusia memang, suka-suka

Waktu Menunggumu 12

Malam itu aku tidak bisa tidur karena memikirkan pembahasan pada saat makan malam tadi.  akhirnya aku hanya menscrool-scrool layar Hp sampe bosan. melihat status-status teman-teman sampai habis, lalu membuka semua chattingan grup, tidak untuk ikut nimbrung dengan obrolan tapi aku lebih memilih membukanya saja lalu langsung menutup kembali agar notifikasi pesan yang masuk yang biasanya ratusan bahkan kadang ribuan tidak muncul di layar. beberapa aku memilih untuk clear chat semua obrolan di Gurp yang menurutku grup yang paling tidak pernah aku kunjungi dan tidak begitu dekat dengan orang-orang di dalamnya atau tidak adanya info yang menurutku penting. aku pun membuka instagram, melihat story-story yang ada. bosan rasanya, tapi aku tetap tidak mengantuk juga. biasanya kalo masih di jogja aku streaming drama korea menggunakan wifi kampus atau wifi pondok. tapi karena di rumah tidak ada wifi juga karena sinyal kadang-kadang ilang aku cuma bisa buka tutup HP. mencoba untuk memejamkan mata t

Waktu Menunggumu 11

Malam itu, selepas sholat isya berjamaah di masjid, kami sekeluarga makan malam bersama. tidak seperti biasanya, Ayahku yang biasanya selepas Isya tidak langsung ikut makan malam, karena harus ngajar anak-anak ngaji, malam itu tiba-tiba ikut bergabung bersama aku dan ibu. "Lo Bah tumben ikut makan bareng?" tanyaku heran "iya nduk, hari ini anak-anak Abah suruh pulang, ngajinya libur dulu" "wah ada hal spesial apa ini sampe-sampe Abah ga kaya biasanya meliburkan anak-anak, bahkan pas kita kumpul semua ada Zaky sama Nisa Abah tetep aja mengutamakan santri-santrinya, owh Abah apa hari ini hari ulang tahun Abah? bukan,  ulang tahun umi juga bukan, ulang tahun pernikahan? bukan juga, kenapa mi Abah ini?". "Abah dan Umi mau ngobrol serius sama kamu" umi ikut menjelaskan situasi saat ini Aku langsung diam seribu bahasa. Tiba-tiba pikiranku kemana-mana. karena situasi ini pasti sesuatu yang sulit dan aku tidak menginginkannya untuk saat-saat ini. &

Waktu Menunggumu 10

Hari ini hari pertamaku di rumah. seperti biasa kalo di rumah bukan istirahat tapi tetep banyak kerjaan dan sudah membuat schedule untuk diri sendiri untuk mengunjungi gengku masa putih abu-abu satu per satu. mungkin karena dari dulu kebiasaanku selalu menyempatkan waktu untuk  berkumpul bersama temann-teman gengku itu, jadi hal ini seperti menjadi kegiatan wajib setiap kali aku pulang ke rumah. karena kalo sudah ketemu mereka sudah pasti rasanya sangat plong. segala unek-unek tersampaikan semua dan menjadi hiburan tersendiri bagiku dari pada main ke tetannga dan selalu yang ditanyakan adalah "kapan nikah?'. begitulah kira-kira nasib gadis dengan usia matang untuk menikah tapi belum ketemu-ketemu juga dengan jodohnya. selain berkumpul dengan gengku, maka kegiatan lain adalah bersih-bersih rumah dan membantu Ibuku di warung makan. Ibu punya warunng makan yang menjual menu aneka bebakaran dan sayur mayur, tidak terlalu besartapi cukup bisa menampung orang-orang yang biasanya me

waktu menunggumu 9

Hari ini kampus mulai libur karena ujian semester telah usai. syukurnya pondokku termasuk pondok modern yang liburnya menyesuaikan libur kampus. meskipun pondok ku terdiri dari santri yang kuliah beberapa unniversitas di Jogja dan pasti masing-masing universitas tidak sama dalam penyelenggaraan ujian semester. tapi pak yai memilih libur menyesuaikan kampus negeri dan yang mayoritas. karena peraturan itu, aku merasa sangat diuntungkan karena tidak harus meninggalkan ngaji agar bisa pulang ke rumah. beberapa santri sowan ke ndalem pak Yai untuk meminta ijin mau pulang ke rumah selama liburan. kami di beri waktu libur dua minggu dari pondok. kebiasaan para santri entah itu santri di pondok mdern, semi modern ataupun salafi akan selalu mempertahankan budaya ini. budaya yang sangat ngajeni kepada pak Yai atau pengasuh pondok. oleh karena itu, setiap kali kami akan pulang atau kemanapun pergi ke luar pondok yang membutuhkan waktu berhari-hari, kami harus ijin atau bahasa santrinya adalah so

waktu untuk menunggumu 8

"Mas Satrio, menurut mas mba Hanin orangnya kaya gimana?' percakapan Arsyi dengan kakaknya di telephon "Gimana apanya?' "iya, gimana menurut mas, kalo menurutku kog dia baik banget ya,  ramah, pinter, ya kayaknya aku cocok gitu kalo dia jadi kakak ipar hehe" "maksudnya?' "ih mas mah ga peka banget deh" "gimana-gimana? maksudnya kamu itu lagi nyomblangin mas sama mba hanin gitu?" "iyaa, ayo lah mas, deketin mba Hanin, segera move on deh dari mba Diva" "ya elah Ar, mas mah udah move on, ngapain masih inget-inget masa lalu, masalahnya adalah emangnya mba hanin belum punya cowok?, kalo dia ternyata uda punya cowok gimana?" " hmmm, oh iya aku lupa ga tanya itu kemarin, tapi kayaknya belum deh mas, soalnya kalo aku bahas mas Satrio di depan mba hanin, dia mukanya langsung berubah gitu, kaya malu-malu gitu" "halah sok tau kamu anak kecil" "yeh aku bukan anak kecil, dua mau kuliah ju

Waktu Untuk Menunggumu 7

Pagi itu aku antarkan Arsyi mencari tempat tinggal alias kos2an mahasiswa di dekat kampusnya. Sebenarnya dan sejujurnya aku ingin dia mondok saja bersamaku, agar aku bisa tahu lebih banyak tentang mas Satrio dan keluarga mereka. sayang sekali, dia bukan dari keluarga yang pondokan, jadi Arsyi sendiri tidak begitu tertarik untuk mondok. Mas Satrio juga tidak terlalu memaksakan adeknya untuk mondok. Setelah berjalan-jalan mengitari jalan kaliurang, bulaksumur, karangmalang dan sekitarnya, akhirnya kami menenukan kosan yang cocok dengan pilihan Arsyi. seperti saran mas Satrio, Arsyi harus kos di kosan yang kondusif, tidak campur dan tidak bebas keluar masuk, ada jam maksimalnya.  Sebenarnya ini bukti betapa mas Satrio sangat menyayangi dan ingin menjaga adek perempuannya. Itulah salah satu alasanku mencintai laki-laki itu. tapi sementara hanya ku pendam saja. aku tidak tahu kapan bisa menyatakannya atau ada yang membantuku untuk ini. Setelah kami bernegosiasi dengan pemilik kos dan bert

Waktu Untuk Menunggumu 6

Hari itu setelah aku dan Arsyi sampai di kontrakan, kami makan bersama dari bekal yang dibawakan oleh ibunya Arsyi. saat kami makan, tiba-tiba telfonku berdering. yups siapa lagi, dia adalah mas Satrio. "Assalamualaikum mas, Gimana?" "Waalaikumsalam, Arsyi uda sampe nin?" "sudah mas, ini lagi makan bareng kita, masakan ibu katanya" "wah,, jadi pengen ikut, kangen masakan ibu" "ya sini mas" "wkwkwk, emang ada pintu doraemon, tinggal buka langsung sampe tempat tujuan" "hahaha ya engga si, mau ngomong sama Arsyi?" "Hmm engga deh yang penting dia uda sama kamu jadi aku uda tenang, paling nanti aku telfon dia sendiri biar ga merepotkan kamu" "halah, merepotkan gimana, sante aja kalo sama aku" "ya sudah nin, nitip Arsyi ya, trimakasih dan maaf kalo merepotkan" "iya mas, sama" "Wassalamalaikum.." "Wa'alaikumsalam..." Lalu setelah telfon ditutup, a

Untukmu

Untukmu Untukmu yang hari ini menyatakan akad kata-kata ajaib yang akan mengubah hidupmu Hari ini, adalah hari paling bahagia untukmu dan dia tapi maafkan aku, hari ini pula aku merasa paling terluka aku sadar, saat kau nyatakan "saya terima nikahnya..." dihadapan penghulu dan saksi maka saat itu pula aku harus berhenti berhenti menyebut namamu dalam doaku berhenti menghawatirkan mu berhenti menghubungimu berhenti menanyakan kabarmu berhenti memikirkanmu dan berhenti dari semua hal tentangmu Ya, hari ini pula aku nyatakan aku dan kamu hanyalah orang asing kita hanya dua orang yang saling lewat dalam kehidupan masing-masing Mari untuk tidak saling mengenal, mengenang dan mengingat Mari untuk tidak berkawan satu dengan yang lain dan untuk diriku, mari melupakan hati yang telah patah ganti tunas yang baru yang akan tumbuh mekar dan indah Kamu pasti akan menemukan kebahagiaanmu sendiri Percayalah....

Tuhan Maha Paling Baik

seberapa seringkah kita ragu akan kekuasaan Tuhan?  Ya, sadar atau tidak sadar kita sering meragukan kekuasaan Tuhan, padahal sudah jelas dan sudah pasti, Tuhan selalu mendengar doa kita asalkan kita yakin dan sungguh-sungguh. hal-hal kecil misalnya seperti yang aku alami, beberapa kali aku galau kalo sudah ditanya orang-orang" kapan nikah?', aku galau karena memang aku bingung mau menjawab pertanyaan itu dengan jawban seperti apa karena tidak tahu jawabannya, karena belum ada calonnya, karena memang seumuranku sudah kebanyakan menikah. kadang ku tutupi kegalauanku dengan menyanggah mereka, apa urusan mereka dengan kehidupan pribadiku. tapi terkadang terpikir pula bahwa mungkin memang sudah tidak wajar gadis seusiaku belum ada calon suami. dari kegalauanku itu sebenarnya menandakan aku secara tidak sadar tidak percaya akan takdir-Nya. padahal sudah jelas sekali bahwa Tuhan pasti dan yakin akan mempertemukanku dengan jodoh terbaik.  Sering kali contoh kecil terjadi dihid

Kamuku

padanya yang saat ini ku rindui di antara rintik hujan di pagi hari dirimu yang sudah lama bersemayam tak pernah padam dalam ingatan aku, bukan tak belajar dari pengalaman sudah ku coba ribuan kali membuang sebuah ingatan manis tentangmu selalu terbayang sampai aku tak tahu lagi harus apa yang ku lakukan dirimu bagiku tak tergantikan setiap doa yang terucap namamu spontan ku ucap khawatir, takut, kalau kau tak sehat seperti itu pikirku tentangmu setiap saat dirimu bagiku sudah seperti darah yang mengalir disetiap nadi tak terasa mengalir setiap detik bahkan mungkin aku bisa mati jika kau pergi