Langsung ke konten utama

Waktu Menunggumu 13

beberapa hari setelah itu, Abah tidak pernah bertanya lagi, bahkan beliau cenderung lebih  pendiam dan membahas yang ringan-ringan saja. mungkin Ummi sudah cerita bagaimana keadaanku atau mungkin Abah tahu bahwa anaknya belum siap untuk membahas masalah ini. Tapi aku justru khawatir karena pasti Abah akan ditanyakan lagi oleh temannya itu, dan aku takut hanya karena keegoisanku hubungan Abah dengan temannya jadi tidak baik. Ah... Tuhan kenapa masalah seperti ini malah seperti sangat membuat bimbang dan memusingkan.
Hari ini adalah hari terakhir liburku di rumah. besok aku harus kembali lagi ke Jogja, kembali dengan segala rutinitas kampus dan pondok. kadang aku bosan banget di rumah dengan hanya kegiatan-kegiatan itu-itu aja, tapi saat sudah mau berangkat ke perantauan lagi aku pasti merasa sedih dan ogah-ogahan, kaya pengen di rumah terus. aneh memang. kaya pas males kuliah karena banyak tugas tapi kalo libur terus juga lama-lama bosan ingin kuliah lagi. Hmm manusia memang, suka-sukanya sendiri.
beberapa hari setelah ku pikir-pikir dengan matang dan berkonsultasi dengan Ibu, aku harus cerita sama Abah. bagaimana kondisi hatiku saat ini dan tentang mas Satrio, setidaknya Abah harus tau agar aku bisa lega dan Abah juga lega dan juga  karena hari ini hari terakhirku di rumah, aku harus bisa menjelaskan kepada Abah tentang semuanya. rencananya malam ini setelah makan malam aku mau membahasnya lagi dengan Abah. Ummi mau membantuku dengan meminta Abah untuk ikut makan malam dan meliburkan anak-anak ngaji. aku harus siap dengan berbagai tanggapan Abah dan aku akan menerima semuanya. setelah aku cerita ke Abah selanjutnya akan aku ceritakan semuanya ke mas Satrio. aku berharap akan ada tanggapan yang baik dari mas Satrio karena sebelumnya aku sudah ceritakan semuanya kepada Arsyi dan Arsyi benar-benar akan membantu.
Ummi menyiapkan makan malam ini, sambil menunggu Abah pulang dari masjid, aku membantu beliau. malam ini Ummi masak sayur dan lauk kesukaanku. Sayur kangkung, sambel terasi, ayam kecap, dan tempe goreng tepung yang krispy. Ummi pasti selalu masak-masak menu kesukaan anak-anaknya saat kami pulang. sepetinya sederhana tapi bagiku masakan ummi itu paling the best di dunia, apalagi sayur kangkung dan ayam kecapnya, aku pasti selalu menanti-natikan itu kalo lagi pulang ke rumah karena ga ada tandinganya. saat kami sudah selesai menyiapkan semuanya, aku dan Ummi duduk dan ngobrol sambil bercanda-canda. tidak lama kemudian Abah datang dan langsung menghampiri kami.
"wah ada sambel trasi legend buatan ummi rupanya, baunya kecium sampe masjid, makanya Abah jadi ga khusyu' buru-buru pengen pulang"
kami berdua tertawa, Abah hari menyapa kami dengan candaannya.
"la iya wong anak wedok yang pesen yo mosok ga dituruti"
"iya Bah, soalnya aku bakal nyesel kalo berangkat ke Jogja belum makan sambel trasi sama sayur kangkungnya Ummi, pasti nanti disana jadi ga betah karena kepikiran rumah terus"
"halah wong cuma sambel trasi sama sayur kangkung kan yo banyak di Jogja?'
"ya kan beda Ummi, ya ga Bah?"
"iya betull, masakan Ummi mu emang paling top markotop, itu salah satu yang buat Abah jatuh hati sama Ummi"
"Apa si kalian ini,  Udah yok makan dulu, nanti kita lanjut lagi ngobrolnya"
''Siap" kataku mengakhiri percakapan sebelum makan kami. lalu kami makan bersama sambil bercanda-canda ringan. hal ini juga yang selalu membuat ku berat kalo mau berangkat lagi ke parantauan.
selesai makan malam, seperti rencanaku tadi, aku akan menceritakan semuanya kepada Abah. tapi tiba-tiba lidahku kelu, padahal tadi saat bercanda-canda seperti ringan sekali untuk ngobrol dan saling bercanda sama Abah dan Umi, tapi entah kenapa tiba-tiba mulutku seperti tercekat hal yang sangat berat dan membuatku diam seribu bahasa. Ummi sepertinya tahu akan gelagat bingunku, akhirnya Ummi yang membuka percakapan.
"Bah, mengenai perjodohan itu, ada yang mau disampaikan sama Hanin"
"oh iya, kamu akhirnya setuju atau mau mengenalkan Abah sama pilihanmu?"
"eh eh..."
"la piye iki, mah eh eh, tadi juga ngobrol biasa aja, la sama Abahmu sendiri kog kaya sama pak Polisi gitu, ga usah sungkan, critain aja apa adanya"
"anu Bah, kalo orang nya bukan santri pripun Bah?"
tiba-tiba suasana menjadi hening. setelah mendengar perkataanku tadi Abah diam dan hanya menghembuskan nafas panjang.  saat itulah yang paling aku takutkan. itulah alasanku tidak siap menceritakan tentang mas Satrio kepada Abah. aku takut Abah tidak setuju karena latar belakang mas Satrio yang sangat berbeda dengan harapan Abah. meskipun beliau bilang ingin demokratis terhadap pilihan anaknya, tapi aku juga tahu Abah ingin anaknya mendapatkan jodoh yang sekufu terutama dalam hal agama. setelah beberapa menit suasananya hening dan mencekam seperti dikuburan dan bahkan menurutku suasana ini lebih menegangkan dari pada dikuburan. pikiranku kemana-mana. sudah pasti saat situasi seperti ini Ummipun tidak bisa membantu apa-apa. Abah mulai berbicara dan tidak kusangka beliau akan berkata seperti itu.
"begini saja Nduk, bilang ke orang itu untuk silaturrahmi kesini, Abah ingin bertemu langsung dengannya, biar Abah tahu bagaimana karakternya"
"njih Bah" hanya itu yang bisa keluar dari mulutku tanpa penjelasan lebih panjang. bahkan pernyataan Abah ini membuatku tambah pusing karena aku masih belum tahu bagaimana sebenarnya perasaan mas Satrio terhadapku.  Arsyi juga belum menghubungiku lagi. mungkin saat ini dia juga sedang sibuk denga kegiatan barunya sebagai mahasiswa baru. Allah semoga ada jalan untuk segala kerumitan ini. hanya itu doa dan harapanku saat ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spesial For Mama

Jumat, 12 Desember 2014 Puisi untuk mama Mama… Kapan ya aku tidak merepotkanmu lagi Tidak membuatmu sakit lagi Saat aku masih tidur pulas di dalam perutmu Dan merasakan hangat serta lembutnya placentamu Padahal semakin hari aku semakin berat dan membebanimu Tapi kau malah mengelus-elus perutmu yang buncit Karena aku Kau nyanyikan aku lagu yang indah Dan kau ajak aku bercanda Seakan kau tahu bahwa di dalam perutmu aku bisa merasakannya Hari demi hari kau nanti kehadiranku Meski semakin hari aku semakin mempersempit gerak dan langkahmu Dan saat waktu itu tiba Aku bahkan hampir membunuhmu Karena kau harus berjuang keras demi memberiku kesempatan untuk melihat dunia ini Kau berjuang menahan sakit Meski seribu ototmu terputus Kau tetap berjuang dan tak menyerah Hanya ingin melihatku terlahir ke dunia ini Dan saat aku telah keluar dan menangis Kau tersenyum bahagia melihatku hadir di dunia ini Meski saat itu kau masih sangat lemah dan tak berday