Langsung ke konten utama

Waktu untuk Menunggumu 14

Mas Satrio bagiku adalah cinta pertama, laki-laki pertama yang berhasil membuatku percaya diri bahwa akan ada orang baik yang bisa mendampingiku suatu saat nanti. Awalnya aku tidak menyangka bisa jatuh hati sama dia. Dia adalah seniorku di SMA. awal bertemu sebenarnya aku masih belum tertarik padanya, bahkan saat para Junior dikerjain senior untuk membuat surat cinta untuk senior favorite mereka, surat cintaku tak ku tujukan padanya. tapi pada seseorang yang ternyata tetangga desa ku yang selalu ku temui saat aku bersepeda seorang diri ke sekolah.
aku mulai memperhatikannya justru saat mas Satrio mengisi di  kelasku.
hari itu kami yang telah membuat surat cinta diminta untuk mengumpulkan surat cinta itu lalu beberapa yang terpilih akan dibacakan di depan kelas. waktu itu otakku langsung ingin memberontak "wah gila ini para senior, sengaja mempermalukan kami ternyata", untungnya surat cintaku tidak dibaca. ya mana ada mereka tertarik membacakannya, kami sudah dimarah-marahi setelah mengumpulkan karena menulis surat cinta diselembar kertas "Sinar Dunia" atau "vision" yang sangat polos, masih mending kan kalo pake buku "Kiky" yang ada seni-seninya, tapi saat itu kami merasa bodo amat, karena tidak benar-benar menulis surat cinta dari hati. saat para senior marah-marah aku dan beberapa teman yang merasa cuma bisa diem dan dongkol dalam hati "ya kali kak, mana ikhlas kami buat surat cinta untuk orang-orang yang suka marah gitu wkwkwk".
Mas Satrio saat itu belum masuk ke kelasku. di kelasku ada dua orang senior satu laki-laki mas aku lupa namanya dan satu lagi mba judes yang mukanya kelihatan sangat garang dan membuat kami cuma bisa spechlees dimarahin dia. lalu beberapa saat kemudian, seorang senior yang lain mencoba mengakhiri kondisi keheningan nan menegangkan itu dengan memutuskan untuk memilih salah satu surat yang menurutnya menarik untuk dibacakan. kami bukan tambah cair tapi tambah tegang karena akan sangat memalukan jika ketahuan untuk siapa surat itu ditujukan. walau sebenarnya aku ga terlalu khawatir karena suratku pasti ga akan dibacakan.
yaps benar sekali surat cinta yang diambil adalah surat cinta dengan balutan amplop pink yang sangat manis. waah batinku bilang "benar-benar anak baik dia, nurut sama omongan senior dan membuat senior senang". tak hanya kakak senior tapi kami sekelas juga penasaran surat milik siapa itu. tapi beberapa teman cewek yang duduk di bagian belakang mulai berisik karena sepertinya salah seorang dari mereka yang dapat. lalu dibukalah surat itu oleh kakak senior. sebelum dibacakan, kakaknya senyum-senyum sendiri kemudian mba senior juga penasaran lalu mereka senyum-senyum bersama, membuat kami semakin penasaran. setelah itu mba senior tadi keluar kelas dan seperti sedang memanggil seseorang. tiba-tiba muncullah mas Satrio. mas Satrio memang jarang masuk di kelasku, baru hari itu dia masuk ke kelasku. dan ternyata mba Novi nama senior cewek itu langsung menyambut mas Satrio dengan riang dan mengatakan bahwa ada surat cinta yang buatnya. mas Satri masuk dengan wajah malu-malu dan senyum malunya dan ternyata saat itulah aku mulai jatuh hati padanya. aku mulai penasaran siapakah dia? apalagi waktu itu aku tidak sengaja menatap matanya yang indah dan senyumnya yang manis. mulai hari itu sepertinya hatiku berdegup kencang saat melihatnya.
Temanku yang membuat surat itu ternyata Alya, gadis manis, kecil dan cantik teman sekelasku yang duduk di belakang sendiri sederet dengan tempat dudukku. surat cinta itu dibacakan oleh Kak Fadil, senior yang mengisi kelas kami saat itu. Alya merasa sangat malu saat itu, karena teman sekelas riuh menggodanya, begitu pula Mas Satrio yang hanya diam dan senyum malu-malu. ditengah keriuhan itu aku justru fokus pada wajah mas Satrio, yang semakin lama ku pandang semakin membuatku jatuuh hati dan dadaku berdegup kencang terus menerus saat itu tapi pandanganku seperti tidak ingin lepas darinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spesial For Mama

Jumat, 12 Desember 2014 Puisi untuk mama Mama… Kapan ya aku tidak merepotkanmu lagi Tidak membuatmu sakit lagi Saat aku masih tidur pulas di dalam perutmu Dan merasakan hangat serta lembutnya placentamu Padahal semakin hari aku semakin berat dan membebanimu Tapi kau malah mengelus-elus perutmu yang buncit Karena aku Kau nyanyikan aku lagu yang indah Dan kau ajak aku bercanda Seakan kau tahu bahwa di dalam perutmu aku bisa merasakannya Hari demi hari kau nanti kehadiranku Meski semakin hari aku semakin mempersempit gerak dan langkahmu Dan saat waktu itu tiba Aku bahkan hampir membunuhmu Karena kau harus berjuang keras demi memberiku kesempatan untuk melihat dunia ini Kau berjuang menahan sakit Meski seribu ototmu terputus Kau tetap berjuang dan tak menyerah Hanya ingin melihatku terlahir ke dunia ini Dan saat aku telah keluar dan menangis Kau tersenyum bahagia melihatku hadir di dunia ini Meski saat itu kau masih sangat lemah dan tak berday