Langsung ke konten utama

Postingan

Waktu untuk Menunggumu 17

"Hey nin, kenapa si senyum-senyum sendiri gitu, ciee Hanin lagi jatuh cinta ya?" Aku kaget tiba-tiba Farah muncul disebelahku dan ternyata dia sedang memperhatikan tingkahku pagi itu yang sedang melamun dan tak sadar senyum-senyum sendiri. aku bahkan tidak sadar Farah lewat di depanku dan tiba-tiba duduk di sebelahku.  "Hey Far, ya ampun akhirnya kamu masuk juga, huhu kangeeen" aku langsung memeluk Farah erat-erat tanpa menjawab ledekannya karena saking bahagianya setelah 4 hari dia tidak masuk karena sakit.  "Iya Nin, alhamdulillah aku juga kangeeen banget sama kamu sama aroma bangku sekolah. tapi btw btw ini bisa gak dilepasin dulu gak? lama-lama bisa kehabisan napas aku, pelukanmu kenceng banget" "eh, sorry-sorry aku seneng banget soalnya 4 hari ini bangku sebelahku kosong, kesepian aku tuh" "hahahah iya iya, sekarang udah gak kosong lagi kan?" "eh kamu tuh sakit apa si Far? sampe lama banget, tapi ga sampe masuk RS kan?" &
Postingan terbaru

Waktu untuk Menunggumu 16

Hari itu adalah hari yang paling menegangkan seumur hidupku. bagaimana tidak? aku harus berhadapan langsung dengan orang yang selama ini hanya ku pandang dari kejauhan. iya, hari itu aku  harus bertemu mas Satrio langsung untuk menyerahkan surat ijin dari  Farah. setelah latihan di depan cermin semalaman, bodohnya ku tetap tidak bisa tidak nervous, aku gugup setengah mati hanya untuk mungkin semenit berhadapan dengannya. belum lagi semalaman aku tidak bisa  tidur membayangkan momen hari ini. ah jatuh cinta memang luar biasa. tapi mau tak mau aku harus beranikan diri untuk menyerahkan amanah dari temanku. akhirnya aku nekad pergi saat jam istirahat pertama. saking gugupnya dan tidak bisa berpikir apapun, aku tidak tahu kenapa aku tidak meminta salah satu temanku untuk menemaniku saat itu. aku nekad seorang diri menuju ke kelas mas Satrio. sepanjang perjalanan aku tak bisa menyembunyikan ekspresi gugupku, bahkan tanganku yang memegang surat serasa bergetar sendiri tanpa mau berhenti. se

Waktu Untuk Menunggumu 15

Sejak saat itu  untuk pertama kali aku merasakan apa yang kata orang-orang disebut jatuh cinta. Tapi aku bersyukur teman-temanku tidak ada yang menyadari itu, karena waktu itu aku sangat pemalu dan pendiam diantara teman-teman yang lain. setiap pagi,setiap aku sampai di sekolah yang selalu aku perhatikan di parkiran adalah apakah sepeda motornya sudah ada di tempat? kalo sudah ada berarti dia sudah berangkat dan aku merasa lega dan senang, karena kalo dia berangkat otomatis meskipun hanya sebentar aku akan melihatnya dari kejauhan. tapi kalo belum ada aku merasa ada yang kurang dan ingin aku tunggu dia di parkiran sampai datang. atau terkadang saat aku sampai di parkiran dia juga sedang memarkirkan motor atau baru saja sampai. nah momen inilah yang paling menyenangkan karena pasti hariku akan sangat menyenangkan rasanya jika pagi-pagi sudah melihatnya. maka dari itu aku pasti melihat jam tanganku saat kami tiba dalam waktu bersamaan agar hari-hari selanjutnya aku bisa menyesuaikan diri

Waktu untuk Menunggumu 14

Mas Satrio bagiku adalah cinta pertama, laki-laki pertama yang berhasil membuatku percaya diri bahwa akan ada orang baik yang bisa mendampingiku suatu saat nanti. Awalnya aku tidak menyangka bisa jatuh hati sama dia. Dia adalah seniorku di SMA. awal bertemu sebenarnya aku masih belum tertarik padanya, bahkan saat para Junior dikerjain senior untuk membuat surat cinta untuk senior favorite mereka, surat cintaku tak ku tujukan padanya. tapi pada seseorang yang ternyata tetangga desa ku yang selalu ku temui saat aku bersepeda seorang diri ke sekolah. aku mulai memperhatikannya justru saat mas Satrio mengisi di  kelasku. hari itu kami yang telah membuat surat cinta diminta untuk mengumpulkan surat cinta itu lalu beberapa yang terpilih akan dibacakan di depan kelas. waktu itu otakku langsung ingin memberontak "wah gila ini para senior, sengaja mempermalukan kami ternyata", untungnya surat cintaku tidak dibaca. ya mana ada mereka tertarik membacakannya, kami sudah dimarah-marahi

Waktu Menunggumu 13

beberapa hari setelah itu, Abah tidak pernah bertanya lagi, bahkan beliau cenderung lebih  pendiam dan membahas yang ringan-ringan saja. mungkin Ummi sudah cerita bagaimana keadaanku atau mungkin Abah tahu bahwa anaknya belum siap untuk membahas masalah ini. Tapi aku justru khawatir karena pasti Abah akan ditanyakan lagi oleh temannya itu, dan aku takut hanya karena keegoisanku hubungan Abah dengan temannya jadi tidak baik. Ah... Tuhan kenapa masalah seperti ini malah seperti sangat membuat bimbang dan memusingkan. Hari ini adalah hari terakhir liburku di rumah. besok aku harus kembali lagi ke Jogja, kembali dengan segala rutinitas kampus dan pondok. kadang aku bosan banget di rumah dengan hanya kegiatan-kegiatan itu-itu aja, tapi saat sudah mau berangkat ke perantauan lagi aku pasti merasa sedih dan ogah-ogahan, kaya pengen di rumah terus. aneh memang. kaya pas males kuliah karena banyak tugas tapi kalo libur terus juga lama-lama bosan ingin kuliah lagi. Hmm manusia memang, suka-suka

Waktu Menunggumu 12

Malam itu aku tidak bisa tidur karena memikirkan pembahasan pada saat makan malam tadi.  akhirnya aku hanya menscrool-scrool layar Hp sampe bosan. melihat status-status teman-teman sampai habis, lalu membuka semua chattingan grup, tidak untuk ikut nimbrung dengan obrolan tapi aku lebih memilih membukanya saja lalu langsung menutup kembali agar notifikasi pesan yang masuk yang biasanya ratusan bahkan kadang ribuan tidak muncul di layar. beberapa aku memilih untuk clear chat semua obrolan di Gurp yang menurutku grup yang paling tidak pernah aku kunjungi dan tidak begitu dekat dengan orang-orang di dalamnya atau tidak adanya info yang menurutku penting. aku pun membuka instagram, melihat story-story yang ada. bosan rasanya, tapi aku tetap tidak mengantuk juga. biasanya kalo masih di jogja aku streaming drama korea menggunakan wifi kampus atau wifi pondok. tapi karena di rumah tidak ada wifi juga karena sinyal kadang-kadang ilang aku cuma bisa buka tutup HP. mencoba untuk memejamkan mata t

Waktu Menunggumu 11

Malam itu, selepas sholat isya berjamaah di masjid, kami sekeluarga makan malam bersama. tidak seperti biasanya, Ayahku yang biasanya selepas Isya tidak langsung ikut makan malam, karena harus ngajar anak-anak ngaji, malam itu tiba-tiba ikut bergabung bersama aku dan ibu. "Lo Bah tumben ikut makan bareng?" tanyaku heran "iya nduk, hari ini anak-anak Abah suruh pulang, ngajinya libur dulu" "wah ada hal spesial apa ini sampe-sampe Abah ga kaya biasanya meliburkan anak-anak, bahkan pas kita kumpul semua ada Zaky sama Nisa Abah tetep aja mengutamakan santri-santrinya, owh Abah apa hari ini hari ulang tahun Abah? bukan,  ulang tahun umi juga bukan, ulang tahun pernikahan? bukan juga, kenapa mi Abah ini?". "Abah dan Umi mau ngobrol serius sama kamu" umi ikut menjelaskan situasi saat ini Aku langsung diam seribu bahasa. Tiba-tiba pikiranku kemana-mana. karena situasi ini pasti sesuatu yang sulit dan aku tidak menginginkannya untuk saat-saat ini. &