Langsung ke konten utama

Waktu untuk Menunggumu 17

"Hey nin, kenapa si senyum-senyum sendiri gitu, ciee Hanin lagi jatuh cinta ya?"
Aku kaget tiba-tiba Farah muncul disebelahku dan ternyata dia sedang memperhatikan tingkahku pagi itu yang sedang melamun dan tak sadar senyum-senyum sendiri. aku bahkan tidak sadar Farah lewat di depanku dan tiba-tiba duduk di sebelahku. 
"Hey Far, ya ampun akhirnya kamu masuk juga, huhu kangeeen"
aku langsung memeluk Farah erat-erat tanpa menjawab ledekannya karena saking bahagianya setelah 4 hari dia tidak masuk karena sakit. 
"Iya Nin, alhamdulillah aku juga kangeeen banget sama kamu sama aroma bangku sekolah. tapi btw btw ini bisa gak dilepasin dulu gak? lama-lama bisa kehabisan napas aku, pelukanmu kenceng banget"
"eh, sorry-sorry aku seneng banget soalnya 4 hari ini bangku sebelahku kosong, kesepian aku tuh"
"hahahah iya iya, sekarang udah gak kosong lagi kan?"
"eh kamu tuh sakit apa si Far? sampe lama banget, tapi ga sampe masuk RS kan?"
"hmm... ya gitu aku tuh dari kecil uda sering sesak nafas gitu, terutama kalo kecapean tiba-tiba aja sesak nafas"
"tapi bukan sakit yang berbahaya kan?"
"enggak kog, aman-aman, aku juga uda punya dokter pribadi yang siap sedia kalo pas aku kambuh"
"syukurlah, berarti kamu ga boleh capek-capek intinya ya, pokoknya kalo ada apa-apa bilang ya, aku juga siap sedia menjaga kamu, ecieee"
"hahah Hanin bisa gombal juga, wah jangan-jangan lagi jatuh cinta beneran ini, makanya jadi bisa gombal"
"haha enggak-enggak kog, kamu aja yang belum tau gimana jagonya seorang Hanin membuat kata-kata manis"
"la tadi senyum-senyum sendiri, kenapa hayo? apakah aku ketinggalan info ini?"
"ya ampun itu aku lagi bahagia aja bayangin acara kemarin itu seru banget lo, hmm tapi sayang sekali kamu ga bisa datang"
"acara OSIS itu ya? hmmm wah sayang sekali ya. eh tapi ngomong-ngomong makasih ya udah nyampein izinku ke OSIS untuk acara kemarin"
"oh ya, jadi inget, kamu di suruh ke pembina OSIS kalo uda masuk. soalnya acara kemarin kan wajib, jadi ijin kamu bisa diterima tapi setelah masuk sekolah kata Mas Satrio kamu disuruh menghadap Pak Seto pembina OSIS. ya untuk konfirmasi aja si"
"oh ya? ketat amat ya haha"
"iya emang, karena ada kata wajib itu haha"
"hmm, berarti aku nanti temenin ya buat ketemu Pak Seto"
"Oke siap boss".
aku belum bisa menceritakan yang sebenarnya kepada farah. ya, tentang Mas Satrio. hari itu sebenarnya aku senyum-senyum sendiri di kelas karena aku berpapasan dengan Mas Satrio di parkiran. saat aku sedang memarkirkan sepeda, tiba-tiba dia lewat di depanku. dia tidak biasanya lewat parkiran sepeda untuk menuju ke kelasnya. ternyata dia mau mampir ke ruang guru yang memang berdampingan dengan tempat parkir sepeda. mungkin dia mau bertemu dengan Bapak/Ibu guru. ya biasalah ketua OSIS pasti sering dipanggil oleh Bapak/Ibu guru. aku tidak terlalu peduli dengan hal itu. yang penting bagiku adalah aku bisa melihatnya. bahkan saat itu kami hanya berjarak sekitar 10 meter. dia berjalan bersama Mas Angga teman sekelasnya yang juga anggota OSIS. dan yang membuat jantungku berdebar hari itu adalah kami bertatapan secara tidak sengaja, hingga akhirnya dia tersenyum padaku. senyuman ramah sebagai sapaan. senyuman yang membuat hatiku tiba-tiba berdegup sangat kencang. entahlah mungkin mukakku juga memerah seperti dipanggang, aku tidak tahu. yang jelas spontan aku pun membalas senyumannya. dan senyuman itu tak akan pernah aku lupakan. yang membuat hari-hari ku saat itu sangaat bahagia.
Bel masuk berbunyi, teman-teman yang berada di luar kelas segera masuk, lalu kamu duduk di meja masing-masing dan bersiap untuk mengikuti pelajaran hari itu. aku dan fara pun mengakiri obrolan karena tidak berselang lama, Bu Sulis, guru Bahasa Inggris datang dan siap untuk mengisi pelajaran. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spesial For Mama

Jumat, 12 Desember 2014 Puisi untuk mama Mama… Kapan ya aku tidak merepotkanmu lagi Tidak membuatmu sakit lagi Saat aku masih tidur pulas di dalam perutmu Dan merasakan hangat serta lembutnya placentamu Padahal semakin hari aku semakin berat dan membebanimu Tapi kau malah mengelus-elus perutmu yang buncit Karena aku Kau nyanyikan aku lagu yang indah Dan kau ajak aku bercanda Seakan kau tahu bahwa di dalam perutmu aku bisa merasakannya Hari demi hari kau nanti kehadiranku Meski semakin hari aku semakin mempersempit gerak dan langkahmu Dan saat waktu itu tiba Aku bahkan hampir membunuhmu Karena kau harus berjuang keras demi memberiku kesempatan untuk melihat dunia ini Kau berjuang menahan sakit Meski seribu ototmu terputus Kau tetap berjuang dan tak menyerah Hanya ingin melihatku terlahir ke dunia ini Dan saat aku telah keluar dan menangis Kau tersenyum bahagia melihatku hadir di dunia ini Meski saat itu kau masih sangat lemah dan tak berday